Saya nggak tau kenapa yaa, setiap mendaki berempat, saya merasa asyik dan sangat enjoy walaupun pada akhirnya tidak mencapai tujuan.. Sepertinya ada sesuatu yang harus dipecahkan dari the secret of 4 persons ini.
- Pertama,. Mas Nino, Mas Eko, Alkin, dan saya.. gerombolan 4 orang yang berhasil mencapai puncak Gn. Merbabu,
- Kedua,. Bryan, Syeh Lukman, Alkin, dan saya.. fantastic four yang belum mendapat keberuntungan di Gn. Merapi,
- Dan ketiga,. The succesfull project by Yayak, Bagus, Dayus dan tentunya saya. Kami berempat berhasil memijakkan kaki di tanah tertinggi kota Magelang serta Boyolali, puncak Merbabu..
Untuk pendakian bersama Mas. Nino dan ketiga lainnya tak perlu saya ceritakan kembali karena sudah ada di postingan sebelumnya. Juga untuk the failed fantastic four yang beradu dengan ganasnya Merapi tak perlu juga saya ceritakan di sini. Karena di sini, saya akan menceritakan pendakian oleh segerombolan anak muda dari desa yang seluruh warganya InsyaAlloh masuk syurga, Aamiin..
Langsung saja, hari libur tiba.. waktu itu saya masih kelas 11 SMA, dan kakak kakak kelas sedang melaksanakan UN, tanggal 29 Maret kalau tidak salah. Dan seperti biasa, apalagi yang saya lakukan kalau bukan MENDAKI...
Kami berempat adalah para remaja yang berkeinginan bersama untuk menggapai puncak Merbabu. Yayak menawarkan pendakian melewati jalur Selo, Boyolali. Berhubung saya belum pernah dan sangat penasaran dengan jalur itu, saya terima saja. Persiapan kami lakukan,. Setelah kesana kesini gagal mencari pinjaman dome, akhirnya dengan teknik rayuan yang sangat rahasia, saya diberi ijin oleh bapak tercinta untuk membeli
sebuah dome, yang tidak terlalu mahal tentunya. Malam itu, saya pun tancap gas menuju toko peralatan outdoor untuk melihat lihat harga. Keesokan harinya setelah diberi uang, langsung saja saya ambil barang tersebut dan membayarnya.
Siang itu juga kami melakukan packing, dan langsung cabut ke Selo *lagi.. Sampai di basecamp, kami beristirahat dan memesan secangkir kopi panas, sambil beradaptasi dengan kondisi di atas..
Kami berdiskusi kapan kami akan mulai pendakian, karena kami telah mempersiapkan dome untuk ngecamp di atas, maka saya mengusulkan untuk naik jam 4 sore kemudian ngecamp sekitar jam 9 malam sampai peagi nya, Yayak menyetujui sembari mengusulkan untuk mendirikan dome di Watu Tulis,. Singkatnya, jam 4 pun tiba,. para pendekar ini dengan gayanya yang hanya memakai pakaian kaos serta celana pendek berkumpul untuk berdo'a kemudian memulai petualangannya. Momen perjalanan tetap diabadikan dengan kamera yang senantiasa mengalung di leher saya. Perjalanan kami sangat lancar, sampai malam pun mulai menyapa ketika kami masih berada di dalam hutan.. Yayak sebagai leader pun menginstruksikan ketiga kawannya untuk menyalakan senter dan berjalan hati hati karena jurang di sisi kanan siap menangkap korbannya.
Saya lupa nama dan di mana pos pos nya, saya hanya ingat sewaktu sampai di pos tiga *kalau tidak salah, pos di mana kami sudah hampir keluar dari kawasan hutan dan dapat melihat bintang bintang di atas sana dari tanah lapang yang tidak terlalu luas itu,. Kami habiskan roti yang dibawa oleh Dayus di tempat tersebut, kemudian segera meneruskan naik hingga tibalah kami di Watu Tulis tak lama kemudian. Di tempat itu, kami dapat melihat hamparan lampu lampu kota di bawah sana sedang beradu terang dengan lintang lintang juga rembulan yang menyinari dunia dari atas. Angin kencang yang datang dari atas mulai mengganggu perasaan kagum kami, dengan cepat kami pun segera mendirikan tenda agar tidak kesulitan jikalau nanti angin bertambah besar.. Orang orang ini begitu gapteknya mendirikan tenda, dipikirnya semudah ketika mendirikan di depan rumah tanpa memperhitungkan arah angin dan tekstur tanah yang begitu kerasnya, butuh waktu lama bagi kami membangun rumah kain itu, setelah bersusah payah.. akhirnya berdirilah tenda itu..
Dome siap ditempati, kami pun berebut masuk karena di luar hawa semakin dingin.. Merebahkan tubuh sebentar, kami pun tidak kuat menahan mata untuk tetap melek.. Walaupun perut sudah lapar dan belum menjalankan kewajiban sebagai umat Muslim untuk menjalankan ibadah sholat, kami tetap tidur.. hehe *OJO DITIRU !!
Tidur kami tidak terlalu nyenyak karena angin dari atas terus mengibakkan dome kami sehingga suara bising membangunkan kami pada pukul 2 dini hari. Saya pun menyuruh teman teman untuk segera sholat.. Kami sholat Maghrib dijama' dengan Isya' (sungguh keterlaluan kami ini),. Setelah sholat, Kami segera merebus air untuk memasak mie instan karena perut sudah semakin keroncongan, setelah itu kami merebus air lagi untuk membuat kopi,. Nikmatnya kopi melupakan kami pada waktu, hingga tiba tiba alarm ponsel saya berbunyi memberitahukan waktu shubuh telah tiba, kami pun bertayamum kemudian sholat..
Selepas shubuh, kami berfoto foto dengan background langit berlapis warna hitam, biru, dan orange,. lalu kami menunggu momen yang sangat indah, sunrise,. tapi sayang awan di Timur sana sedang tidak bersahabat, hanya sedikit warna orange yang terpancar dari Sang Surya memberikan aksen warna pada awan tersebut, puncak Lawu pun hanya terlihat samar samar.. Kecewa akan hal itu, kami pun berpaling dan menengok ke arah kanan.. Waow, Gunung Merapi yang gagah menampakkan dirinya. Masih berwarna abu abu, makhluk raksasa itu menghipnotis saya dengan keganasannya yang tampak begitu mengerikan, ditambah penampakan puncaknya yang tak rata serta jalur lahar ke arah Magelang yang sangat panjang dan lebar. Mengingatkan pada tragedi memilukan tahun 2010 silam itu,.
Puas melihat kenampakan alam yang luar biasa itu, kami pun segera membereskan dome karena mentari sudah mulai naik. Packing selesai, jam 7 pagi kami meneruskan untuk summit attack. Lagi lagi dengan gayanya yang so (red. sok) cool, berkaos dan bercelana pendek.. Track yang mulai sulit dan membutuhkan banyak tenaga nih. Tak heran, kami pun sering sekali beristirahat walau untuk sekedar mengatur nafas dan singkatnya,, setelah melewati pos pos di sabana, kami pun tiba di tempat di mana perjuangan sesungguhnya baru akan dimulai.. Dari bawah sana kutatap tanjakan yang sangat tinggi dengan kemiringan yang lumayan membuat saya pesimis.. What ?? pesimis ?? lupakan, pendekar pendekar ini siap menerjang rintangan itu apapun yang terjadi, wkwkwk.
Jreeng, tahukah ? kami dibuat tak berdaya oleh tanjakan berbatu itu, setiap 10 langkah yang kami jalani selalu diiringi istirahat yang juga tak sebentar,. Dasar para Ahlul Hisab, yah., inilah efek dari ketiga teman saya yang suka merokok itu, saya pun sebagai teman yang baik dengan senang hati menunggu mereka mengatur nafas. Sekalian melihat pemandangan yang jauh lebih *WOW* dari yang di bawah tadi, dari tempat itu semua tampak jelas, hijaunya hutan Merbabu, bukit teletubies, Gunung Merapi, serta hamparan kota yang luas.. Tapi sayang, di sela sela peristirahatan kami, kabut tebal mulai turun dari atas dengan angin yang sangat kencang membawanya. Kami segera mengenakan jaket dan celana panjang, saat itu kami tak kuat lagi melanjutkan langkah, jangankan itu, berdiri saja kami kesulitan. Angin yang kencang itu membuat kami harus berdiam diri selama sekian jam di bawah pohon yang tidak terlalu tinggi, kedinginan ?? ya pastilah. Tak lama, kami mendengar suara orang dari atas sana yang kemudian melewati kami sambil menyapa. Kami pun menanyakan apakah puncak masih jauh ?? Mereka menjawab, tidak, hanya sedikit lagi. Sebenarnya kami sudah meniatkan diri untuk kembali turun apabila kabut tak kunjung hilang, tapi berkat orang orang itu,. kami pun nekat menerjang kabut tebal itu,. Sial, "sedikit lagi, apanya ??" Cukup jauh teryata untuk sampai ke puncak Triangulasi dari tempat tadi. Tapi tak apa, yang penting kami sudah sampai, dari Triangulasi kami langsung menuju ke puncak Kenteng Songo yang tidak terlalu jauh dari sana dan tiba kira kira pukul 12 siang.. Kami pun mengabadikan momen momen itu dengan berfoto, yah walaupun tak terlihat wajah wajah tampan kami akibat kabut, kami tetap narsis. Sadar tidak ada yang dapat kami lihat dari puncak ini.. Kami pun memutuskan untuk memasak, setelah itu kembali turun, dan yang membuat kami lebih kecewa lagi dan perasaan yang sangat gimanaa gitu (tak bisa diungkapkan dengan kata) adalah, ketika kami turun, dan melewati tempat di mana tadi kami dihampiri kabut.. tiba tiba saja mereka (red. kabut) turun dan menghilang, dan pemandangan indah mulai tersaji lagi. Aaaaa..*muring2.
Kami pun harus menerima ketidakberuntungan itu dengan lapang dada, dan melanjutkan perjalanan turun.. sesampainya di bawah, kami melepas lagi semua pakaian yang meribetkan ini, dan kembali gaya gayaan. Setelah itu, lanjut jalan, dan ketika sampai di pos sabana II, tempat yang sangat indah dan nyaman menurut saya, kami melanjutkan eksistensi kami di depan kamera.. Mentari terus berjalan ke arah Timur, demikian juga langkah kami terus berjalan menuju bawah.. Anak anak muda keren ini turun dengan berlari dan karena tak ada yang menarik di perjalanan turun selain bertemu dengan seekor monyet,. Maka singkat cerita, kami dapat tiba di basecamp sekitar pukul 5 sore..
Beristirahat sejenak sembari melemaskan otot otot yang baru saja dipacu untuk kerja keras, kami memutuskan untuk segera pulang keburu hari semakin larut. Dan ketika melewati kota Boyolali kami mampir sejenak di warung untuk mengisi perut yang kosong dengan duit pas pasan.. Zet zet, selesai makan kami melanjutkan perjalanan dan tiba di rumah pukul 8 malam,. Kemudian saya sholat dan seperti biasanya diikuti dengan, tiduuuur..
Yap, sekian kisah dari kami, thank you
1 komentar:
Widiiih...*sambil guling-guling
Posting Komentar