Pages

Rabu, 24 Oktober 2012

Puncak Merapi, Uapik tenan...

     Kayaknya kegagalan mencapai puncak Merapi harus segera disudahi. Oleh karena itu, sekali lagi saya dan teman teman berencana mendaki gunung vulkanik tersebut.

VERTIKAL LIMIT
     Saya lupa siapa yang pertama kali mengajak untuk ke sana lagi, entah Alkindi atau saya sendiri. Tapi, pendakian kali ini benar benar matang kami persiapkan. Hari pelaksanaan telah ditetapkan, siapa saja yang mau ikut juga telah fix. Taukah siapa saja pendekar yang akan berjuang kali ini ?? mereka adalah, jreng jreng Sunu (dagelane ipa 6, haha), Eko (yo pokoke Eko, ipa 6 absen 8), dan masih bersama kami Alkin dan saya sendiri. haha. Ya, hanya kami berempat saja. Tapi saya optimis akan mencapai puncak Merapi. 'Ainul Yaqin wes to.
Road to Pasar Bubrah
     Pagi itu mentari bersinar sangat cerah, saya bangun tidur, sholat kemudian mandi dan bergegas ke sekolah. Kupersiapkan pakaian ganti dan beberapa makanan serta minuman ke dalam ransel sekolah ku. Aku pamit kepada bapak, lalu berangkat ke sekolah. Sebenarnya di sekoah tidak ada kegiatan apa apa, karena waktu itu adalah hari hari tenang setelah ujian akhir semester 2. Di kelas hanya ada beberapa teman sedang bermain kartu remi, dan ada juga yang bermain monopoli (anak SMA jaman sekarang). Sedangkan saya dan Eko hanya ngobrol ngobrol saja. Sekitar jam 8 pagi, saya mengirimkan sms kepada Sunu dan Alkin agar mereka segera ke sekolah untuk berkumpul, akhirnya kami berkumpul pukul 8.30 di stadion kebanggan rakyat Klaten, Trikoyo (bangga nggak sih ??).
     Sebelum berangkat, saya ijin dulu kepada bapak,. Saya bilang kalau tiba tiba kami ingin mendaki *ALIBI. padahal sudah direncanakan jauh jauh hari sebelumnya, maklum saya cuma takut kagak dikasih ijin karena udah berkali kali mendaki dalam jangka waktu yang berdekatan. Tapi kalau udah mendadak gini..
Yes, akhirnya bapak mengijinkan saya.

Dinding Kawah
Kami berempat segera tancap gas menuju rumah Sunu di Jatinom untuk membagi barang bawaan dan meninggalkan 1 motor, sehingga kami menuju ke pos pendakian Selo saling berboncengan.
Kawah Condrodimuko
Kami tiba di sana sekitar pukul 10 pagi, setelah istirahat sejenak dan mengurus administrasi, kami pun memulai pendakian sekitar pukul 11. Kami memulai pendakian di siang yang terik itu dengan langkah langkah pendek, baru berjalan sebentar, terdengar suara adzan Dzuhur dari bawah. Lalu kami sholat Dzuhur dan dijama' sekalian dengan Asar. Setelah itu, kami melanjutkan perjalanan dengan santai. Tak terasa 4 jam telah kami lewati, dan sampailah pada suatu tempat bernama Pasar Bubrah. Pasar Bubrah, opo kui ?? Pasar Bubrah adalah sebuah tanah lapang yang sangat luas dan berisi batu batu yang berserakan akibat dari letusan Merapi, tempat ini merupakan batas vegetasi di jalur pendakian Merapi, karena sebelum sampai di sini, kita masih bisa melihat tanaman di sekeliling kita, tetapi setelah di Pasar Bubrah ini sampai di puncak sana hanya ada pasir dan batu batuan.
     Dari pasar bubrah ini kita bisa mencapai puncak dengan melewati jalur berpasir atau berbatu, yang kedua nya sama sama memiliki kemiringan yang sangat curam.

                                                          Muncake abot tenan tak kandani...

Jujur saja ya, ini adalah medan terberat yang pernah saya temui, di mana ketika kita melangkah, kaki kita akan masuk ke dalam pasir atau kalau tidak, kaki kita akan kembali terperosot ke bawah setelah melangkah.  1 jam waktu yang saya butuhkan untuk melewati track berpasir itu, saya sendiri meninggalkan ketiga teman saya yang berada di bawah,. Saya cuma bisa meneriakkan kepada mereka agar menanggalkan ransel agar lebih mudah dalam mendaki. Tak lama kemudian Alkin dan Sunu berhasil menyusul saya, sedangkan Eko masih jauh tertinggal, mungkin karena faktor tubuh yang besar dan berat kali yaa.. hhe *sorry ko..
Sunset behind Mt. Slamet, Sumbing, Sindoro  
Setelah itu, saya berlari menaiki bebatuan kira kira 10 menit dan sssshh,.. tercium bau belerang di hidung saya, beberapa langkah kemudian sampailah saya pada tempat di mana jika saya langkahkan kaki ini, maka jatuhlah saya ke dalam kawah. Wow, pemandangan yang sangat mengerikan menurut saya. Sebuah cekungan yang amat lebar berdinding batuan tajam yang mencuat dan sangat terjal. Saya sendiri mencoba berjalan di sekeliling mulut maut itu dan mencari cari tanah tertinggi di mana saya bisa berdiri, ternyata tidak ada jalan lagi dan hanya di situ lah kami bisa menikmati kuasa Tuhan Yang Maha Besar, Subhanallah..
     Setelah puas menikmati panorama alam nan eksotis tersebut, sedikit timbul rasa takut bagaimana jika tiba tiba Sang Gunung mengeluarkan magma dan menggoyangkan seluruh tubuhnya, kami pun segera turun. Tiba tiba Eko dengan wajah yang terlihat amat kelelahan muncul dan mengagetkan saya,. Ternyata dia bisa mnggapai sampai titik itu, lalu aku mengatakan padanya, "sampai puncak 10 menit lagi, kalau kamu mau muncak silahkan, saya tunggu di sini, tapi jangan lama lama soalnya keburu petang dan bahaya jika turun di track berbatu dan pasir pada keadaan gelap", tetapi dengan sedikit kecewa, Eko pun enggan untuk meneruskan perjalanan yang hanya sebentar itu, baginya tempat itu sudah cukup menjadi puncak di pendakian pertamanya.
Selanjutnya, kami pun segera turun dan memungut tas yang tadi kami tinggalkan. Kami turun melewati track pasir dan bermain main seluncur di sana, sehingga dapat sampai bawah lebih cepat.
SUNSET
     Sesampainya di pasar bubrah, kami bertemu dengan rombongan yang sedang mendirikan tenda dan ada beberapa yang memasak, kami pun ikut bergabung. Saat itu adalah waktunya sunset, saya langsung naik ke atas batu yang besar dan melihat Sang Surya tenggelam di belakang deretan gunung Slamet, Sumbing dan Sindoro, pemandangan yang sangat romantis di waktu senja. 
Setelah kami memasak, makan, dan minum kami segera berpamitan dengan penghuni tenda. Angin bertiup sangat kencang dan udara begitu dingin, langit hitam pun mulai menemani perjalanan turun kami menuju basecamp. Dengan menyalakan senter, kami turun dengan sangat hati hati. Walaupun sedikit sedikit kami harus beristirahat untuk sekedar minum, kami bisa sampai di basecamp dengan menempuh waktu 3 jam. Setelah sampai basecamp, kami beristirahat sejenak lalu sholat maghrib dan Isya'. Kami berencana menginap di basecamp dan pulang esok hari, tetapi karena keburu kangen dengan rumah,. Akhirnya kami pun memaksakan diri menembus jalanan pada malam itu, mampir sejenak di sebuah kedai susu, kami melanjutkan perjalanan menuju kediaman si Sunu. Kami tiba di sana pukul 11 malam. Mungkin karena lelah saat perjalanan dari atas, kami pun mengurungkan niat untuk langsung pulang ke rumah masing masing, dan akhirnya menginap di rumahnya Sunu.
     Kemudian pada pagi harinya, setelah sarapan. Kami berpamitan dan mengucapkan terimakasih kepada keluarganya Sunu. Saya sampai rumah dengan selamat pukul 9 pagi, dan melanjutkan tidur..
hihi,.. akhirnya sukses juga mendaki Gunung Merapi, pokoke OJO KAPOK !!! thank you
   

1 komentar:

Anonim mengatakan...

WOW....#sambil koprol